Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Artikel YAKDI

Selasa, 11 September 2012

Fundamentaliesme YES, Radikalisme No!

Islam mengharamkan tindakan kekerasan secara phisik atau radikalisme yang seolah menafikan pihak lain. kewajiban kita sebagai penganut agama hanyalah melaksanakan semua titah Tuhan dan mencontohkan kepada pihak lain akan sebuah kebenaran atau yang diyakini sebagai kebenaran (dakwah bil-hal). Soal dakwah itu kemudian diikuti atau tidak diikuti oleh pihak lain hanyalah sebuah taqdir yang termasuk didalam nya soal hidayah Tuhan: berimankah atau tetap dalam kekafiran.

Hidayah bukan milik manusia, melainkan hak prerogatif  Allah Tuhan yang Maha Kuasa. Maka itu, dilarang seseorang memaksanakan keyakinan dirinya kepada pihak ain. Pemaksaan bukanlah termasuk methodologi keimanan. Nabi sendiri sebagai utusan Tuhan dengan segala mujizatnya, tidak pernah melakukan pemakasaan dalam bentuk apapun kepada siapapun. Yang nabi lakukan hanyalah Tebar pesona melalui  kasih sayang dengan mencontohkan, menjadi suri tauladan kebaikan, kesabaran dan kejujuran seraya menjadi saksi atas kebenaran yang disampaikannya.

Nabi Muhammad saja sebagai manusia mulia,  jika hendak shalat  masih menerima umpatan orang quraisy bahkan hinaan dan lemparan kotoran ke tubuhnya. Alih-alih membalas, nabi malah balik mendoakan orang yang menyakitinya itu agar Allah berkenan mengampuni dosa orang tersebut dan memperoleh hidayahnya.  Jadi bisa dipahami bahwa berbondong-bondong orang memeluk Islam, bukan karena gesekan tajamnya pedang, melainkan terpesona dengan keluhuran budi pekerti para Nabi. Pembawa risalah Tuhan.

Akhirnya atas nama apapun, kebenaran yang paling sakral sekalipun, tidak diperkenankan melakukan pengrusakan, pelecehan, atau apalagi menghilangkan nyawa orang. Radikalisme atau terorise adalah tindakan pengecut,  prustasi atas fakta yang riil di lapangan. Atau malah sebaliknya terlalu kepedean sehingga memakai baju kebenaran lalu melangkahi Tuhan, mengambil alih hak Tuhan dalam soal kepemilikannya yang paling progatif yani soal Hidayah. "Inaka lantahdi man ahbabta walakinnaw-laaha yahdi may-yasaa." Wahai Muhammad, enkau bukanlah pemberi hidayah meski kepada orang-orang yang kamu paling kasihi. Allahlah yang Maha pemberi Hidayah kepada orang-orang yang dikehendaki.Demikian pernyataan nabi kepada pamannya sendiri Abu Jahal yang sampai akhir hayatnya menjauhi Nabi dan memusuhi dakwahnya.. Jika nabi saja terkena hukum sunnatullah demikian, apalagi kita yang bukan siapa-siapa....


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 21.16