Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Artikel YAKDI

Selasa, 04 Januari 2011

Senang Diatur Allah SWT

Ya Allah…ya rahman ya rahiim..Hamba senang, ikhlas ridha diperintah oleh Mu, seperti hamba juga senang, ridho meninggalkan apa yang menjadi laranganMu. Agar memenuhi syarat sebagai yang bertuhankan Allah, seyogyanya komitment itulah yang selalu dinyatakan oleh mereka yang mengaku beriman.

Ingat, (maaf bahasanya) Allah Tuhan yang “tukang nyuruh”. Allah Maha pemberi Perintah. Tidak mau, disuruh-suruh Allah?. Gampang. Tinggalkan saja! Sekarang juga, pindah dari kolong jagat bumi ini, dan cari alam lain yang bukan ciptaan Allah.

Sekarang ini kan dunia semakin maju. Teknologi kian canggih. Yang ngerti elmu pangaweruh, sugih jembar ku banda, juga banyak. Artinya, manusia itu kan betah tinggal di bumi ini. Tapi mengapa pada saat sang pemilik menyuruh sesuatu kepadanya, kok menolak. Kok malah berpaling? Seandainya disadari. Jujur, dan sedikit saja berpikir; tidak ada satupun perintah Allah yang memberatkan manusia. Benar, Allah Tuhan pemberi perintah! Amat senang kasi titah, tapi (secara social saja) hakikatnya ia buah kebajikan yang berhak dipetik oleh pelakunya. Belum lagi “imbalan” yang Allah janjikan. Ingat jika Allah marentah, pasti ia sudah siapkan imbalannya. (cuma maaf, tentang pahala mohon agar jangan terlalu jadi pusat perhatian!) . Tugas kita adalah mentaati perintahnya, membuktikan keagungan firmanNya.

Sama, misalnya seperti kaum ibu kepada suaminya. Relaa saja …senaang ajaa deh jika diminta suaminya (catatan: suami yang baik) Mengapa? Karena demikian kepastian hukumnya. Di satu sisi sok seperti meneliti, mengumbar curiga, menyimpan cemburu. Di sisi lain, ia masih menerima, atau menikmati pemberian suami. Lah, mengapa saat diminta senyum dalam titahnya, suami meminta pelayanannya, kok berat? Menolak, tidak mau mendekat. Maka, tidak usah ngarasula, , kukulutus menyesali, apalagi membicarakan aib suami kepada sembarang orang…tidak usah! Benar, tak mau lagi melayani? Tak mau lagi mengikuti arahan suami? Gammmpang. Buru-buru minta dicerai. Datangi pengadilan, minta Talak hulu. Katakan di pengadilan; “Pak, saya tak mau lagi disuruh-suruh oleh suami..! lah kalau sudah cerai kan, ga mungkin lagi disuruh-suruh, diminta melayani. da bukan siapa-siapa lagi. Selesai kan?

Cukup syarat sudah menjadi orang yang bertuhankan Allah? Belum. Orang beriman adalah orang yang ikhlas senang diperintah Allah, juga ikhlas senang menjauhi apa yang dilarangnya. Tidak dianggap beriman kecuali dia mau memberhentikan seluruh kegiatan, pekerjaan yang Allah larang. Suka atau dalam keadaan terpaksa! Jangankan yang pahit, yang manis, yang paling disukai sekalipun, akan siap dijauhi, jika yang melarangnya adalah Allah SWT. Benar, memang Allah senang banget ngelarang-larang manusia. Mengapa? Sebab Tuhan sayang sekali kapada mahluknya (rahmaan rahiim).Allah menghendaki manusia sebagai makhluk yang mulia, tidak terjebak tergelincir pada jurang kehinaan. Kehinaan dari hal yang kurang berkenan, maupun yang manis menggiurkan. Jadi, hakikatnya larangan Allah tak lain tak bukan sekedar untuk menjaga keluhuran martabat manusia itu sendiri.

Sayangnya tidak sedikit orang yang mengaku bertuhankan Allah, tapi masih belum merasa senang disuruh-suruh Allah. Kalau pun mau, masih mengharap-harap imbalan. Hilang ikhlas, yang ada harapannya. Suatu saat Allah menguji keihklasan sang hamba. Ia sang pengharap imbalan, berpotensi mengutuk Tuhan, jika imbalan yang diharapkan tak kunjung datang. Ada pula sebagian orang yang mungkin sudah mau disuruh-suruh Allah,(meski blm semuanya) tapi pada saat yang sama masih ngeureyeuh, angger melakukan hal-hal yang justru Allah larang. Perintah dilakukan, maksiat terus jalan!

Sahabat, Yang sudah-sudahlah…tinggal sekarang memperbanyak syahadatain (memperbaharui ikrar), karena siapa tahu sebelum-sebeumnya kita selalu ngugurutu jika diperintah Allah. Ga terima kalau Allah yang nyuruh. Padahal sampai hari ini, kita masih tinggal menetap di bumi ciptaan Allah. Yaach, mungkin masih sedikit-sedikit bandel lah! Maka perbanyak istighfar (bertaubat). Seperti saya dan kebanyakan kita, siapa sih manusia yang tidak punya dosa?. Berbuat kebajikan, tidak usah mengharap apa-apa. Karena, sudah terlalu banyak kenikmatan Allah yang telah kita reguk, belum mampu pula kita syukuri! Anggap saja pelayanan baik kita kepada sesama, adalah tebusan atas segala dosa selama ini.

Berbeda dengan hukum buatan manusia yang masih berbalut dendam dan kepentingan, hukum Allah tidak berlaku surut. Itulah hebatnya! Sekarang telah datang perintah Allah itu. sudah baca? Pahamkah sudah isinya? Bila sudah, jangan tunda! Lakukan perintah itu sekarang juga! Ooo telah datang larangan Allah. Rupanyaa, Allah tidak menyukai sikap itu. Sudah baca ayatnya? Pahamkah alasannya kenapa Allah melarang? Yo jangan berlama lagi. Dari pada terusmenerus memicu murkanya Allah, hindari! hentikan sekarang juga! Semoga kita semua selalu dalam bimbingannya. Rabbi zidnii ilma waalhikni biss-shaalihiin. Ya Allah anugrahkanlah ilmu pengetahuan kepada kami agar sikap kami menjadi lebih santun terpuji. Bimbing kami ya Allah, serta pertautkan kami selalu bersama orang-orang yang shalih. Aamin


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 08.05