Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Minggu, 23 Oktober 2016

Adab Terhadap Allah dan RasulNya

Gambar di samping ini adalah sebuah foto bagaimana PM Thailand sedang berkhidmat dan menghormati rajanya dalam suatu acara seremonial kerajaan. Kalau saja adab dan etika terhadap manusia saja seperti itu, maka apakah pantas bagi kita, orang timur, untuk mengesampingkan adab dan etika kita terhadap Tuhan?

Pada beberapa kejadian ritual ibadah umat Islam saat ini, ada beberapa hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan adab dan etika dalam hal berhubungan dengan Allah swt dan RasulNya. Seperti misalnya ada beberapa orang yang melakukan zikir atau wirid dengan suara yang cukup keras, seperti ketika men-zikirkan kalimat “La ilaha illallah” atau ketika men-zikirkan kalimat “Allahu Akbar” secara berulang-ulang. Mungkin karena pembacaan zikir yang sangat cepat tadi, sehingga yang terdengar adalah seperti kalimat yang tidak sempurna diucapkan. Bahkan bagi orang yang tidak mengetahui akan menyangka bahwa mereka sedang membentak-bentak. Suara yang mereka ucapkan ketika berzikir itu seolah-olah tidak sedang berhadapan dengan Allah swt.

Contoh lainnya dari kejadian yang oleh guru kita dianggap sebagai hal yang tidak sopan dan melanggar adab atau etika adalah ketika kita berdoa kepada Allah swt. Saat ini banyak sekali ditemui kaum muslimin ketika dia berdoa dan memohon kepada Allah swt, mereka mempergunakan kata ‘aku’ utk si pendoa dan menggunakan kata ‘Engkau’ atau ‘Kau’ untuk Allah swt. Seperti misalnya doa yang seperti ini, “Ya Rabb, Masukanlah aku kedalam SurgaMu, sebagaimana Engkau memuliakan orang-orang yang beriman di akhirat nanti.”

Saudaraku umat Islam, praktek dan kebiasaan seperti tersebut di atas tadi adalah tidak sopan dan melanggar etika atau adab dalam berhubungan kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal ini tidak pernah dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul terdahulu. Mereka dalam berhubungan dan menyeru kepada Allah swt selalu disikapi dengan etika dan adab yang santun, seraya merendahkan diri.

Apabila Anda membuka-buka isi ayat al-Quran tentang iblis, maka akan Anda temukan bagaimana sikap dan adab iblis dalam berkomunikasi kepada Allah swt. Iblis memanggil dirinya dengan kata ‘aku’ dan memanggil Allah dengan panggilan ‘Engkau’. Seperti misalnya kalimat iblis berikut ini: “Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk” (QS 15:33). Sungguh tidak sopan bukan?

Misalnya saja Anda menemui ketua RT di lingkungan tempat tinggal Anda untuk suatu keperluan membuat KTP. Kemudian Anda mengatakan seperti ini kepada ketua RT tersebut, “Bapak RT, Aku mau dibuatkan KTP. Mohon Engkau menolong Aku untuk membuatkan KTP tersebut.” Menurut Anda, apakah kalimat yang demikian tadi itu sesuai dengan etika dan adab? Sungguh tidak sopan bukan?

Nah, dalam hal ini guru mencontohkan kepada murid-muridnya untuk menjunjung tinggi adab dan etika yang sangat sopan dan santun dalam hal menjalin hubungan kepada Allah swt. Jangan kan kepada Allah swt, kepada RasulNya pun kita diperintahkan untuk beretika yang sopan.

Suatu ketika pada saat Rasullullah saw menerima rombongan tamu dari Bani Tamim, sahabat Abu Bakar As Shidiq ra dan Umar Ibn Khatab ra beradu pendapat dan sehingga keduanya sampai mengeluarkan suara yang keras di hadapan Rasullullah saw. Oleh karena kejadian tersebut itulah, kemudian Allah swt menegur mereka sebagaimana yang tercatat dalam Al-Quran surat al-Hujarat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلاَ تَجْهَرُوا لَهُ
بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لاَ تَشْعُرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS 49:2)

Demikian juga halnya dalam hal adab dan etika terhadap Allah swt, guru mencontohkan kita untuk mempergunakan kata-kata yang sopan dan merendah, serta mengeluarkan suara yang santun dan lemah lembut. Dalam Al-Quran Allah swt memerintahkan umat Islam untuk beradab dan santun dalam hal berhubungan dengan-Nya.

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنْ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُنْ مِنْ الْغَافِلِينَ
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS 7:205)

Jadi mulai sekarang marilah kita coba untuk lebih beradab dan lebih santun lagi dalam berhubungan atau menyeru Allah swt, dimulai dari diri kita sendiri kemudian kita ajak sahabat dekat dan teman-teman sesama muslim lalu kemudian yang terakhir adalah para ulama penceramah di atas mimbar, di televisi atau radio. Karena masih banyak sekali kita jumpai mereka, para penceramah sekali pun ternyata belum beradab dan tidak santun dalam hal menyeru Allah swt. (AK/ST)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 10.27