Opini Aktual

Minggu, 22 Juli 2018

Mengejar Kekayaan

Mencari dan mengejar kekayaan pada hari ini sudah merupakan sesuatu yang lumrah dan normal saja, bahkan beberapa penceramah dan ustadz menyarankan agar supaya orang-orang Islam lebih giat lagi bekerja dalam rangka untuk mencari kekayaan. Menurut kebanyakan penceramah, mengejar dan mencari kekayaan adalah sesuatu yang dihalalkan dan bahkan diwajibkan, agar supaya orang Islam bisa bersedekah dalam jumlah yang banyak, melakukan banyak amal kebajikan atau pergi haji dan umroh beberapa kali dalam hidupnya.

Asalkan seseorang tidak lupa dengan ajaran agama dan aturan syariat, maka seseorang diperbolehkan untuk mengejar kekayaan dan menikmati kehidupan dunia dengan penuh kemewahan.

Oleh karena isi ceramah yang demikian itulah maka pada hari ini kita melihat suatu fenomena yang lazim bagi hampir keseluruhan orang Islam berlomba-lomba untuk mencari kekayaan dan mengejar kehidupan dunia. Asalkan tidak meninggalkan ajaran agama, maka hal yang semacam itu diperbolehkan.

Saudara-saudaraku, menurut guru kita hal-hal tersebut diatas yang demikian tadi itu adalah sebuah kekeliruan. Itulah tipu daya syaithan dan sesuatu ajaran yang menyesatkan. Banyak yang pada akhirnya ternyata tersesat dalam kehidupan dunia ini. Banyak orang Islam yang demi untuk mengejar kehidupan dunia rela menjadi penipu dalam bisnis perjalanan haji dan umroh. Banyak orang Islam yang demi untuk mengejar kehidupan dunia rela menjadi koruptor. Sungguh mengherankan karena ternyata kasus-kasus korupsi justru banyak terjadi di negara-negara yang mayoritas beragama Islam.

Ada beberapa kekeliruan yang diajarkan oleh banyak penceramah yang justru berakibat akan menyesatkan umat Islam itu sendiri. Diantaranya yang paling krusial adalah pandangan bahwa kekayaan adalah sesuatu yang harus dikejar dan diupayakan dengan ikhtiar yang keras. Hal ini adalah salah dan keliru. Ini adalah pandangan seorang atheis yang tidak mengakui adanya Tuhan.

Bagi seorang muslim yang meyakini adanya Tuhan, seharusnya kita memiliki pandangan bahwa seluruh kekayaan di muka bumi ini adalah milik Allah Yang Maha Kaya, dan Dia memberikan kekayaan itu kepada siapa saja yang dikehendakiNya. Jadi kekayaan itu bukanlah sesuatu hasil dari kehebatan dan kesuksesan jerih payah pekerjaan manusia. Kekayaan bukanlah sesuatu yang harus diburu dan dikejar, kekayaan adalah mutlak pemberian Allah swt kepada manusia.

وَأَنَّهُ هُوَ أَغْنَىٰ وَأَقْنَىٰ
“dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan.” (QS 53:48)

Kemudian kesalahan fatal berikutnya yang banyak diajarkan oleh para penceramah zaman sekarang adalah mengajarkan sebuah ilusi, bahwa nanti setelah menjadi kaya raya maka seseorang akan banyak berbuat kebajikan, banyak memberikan sedekah dan banyak melakukan amal kebaikan. Menurut guru kita hal tersebut adalah ilusi, sebuah kebohongan yang dalam kenyataannya tidak lah demikian.

Seseorang yang bersusah payah, bekerja keras dan mengabiskan waktunya demi untuk mengejar kekayaan, maka setelah dia memperoleh kekayaan itu maka dia akan menjadi sibuk untuk mengurusi hartanya. Dia akan mencintai apa yang telah dengan susah payah diraihnya, sehingga dia akan lupa akan kehidupan akhiratnya.

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.” (QS 11:15)

Apabila seseorang berkomitmen dalam hidupnya akan difokuskan untuk mengejar kekayaan, maka boleh jadi pada akhirnya Allah swt akan mewujudkan impian dan cita-citanya itu. Sebagaimana isi dari ayat al-Quran di atas.

Lalu, bagaimanakah kemudian nasib kehidupan akhirat dari orang tadi?

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS 11:16)

Begitulah ternyata prinsip dari ajaran yang banyak diajarkan oleh para penceramah dan ustadz di zaman sekarang ini, ternyata konsepnya banyak yang salah dan bahkan bertentangan dengan prinsip al-Quran. Jadi waspadalah dan berusahalah untuk menjadi lebih bijak lagi dalam menerima isi ceramah yang sampai kepada kita.

Menjadi kaya adalah sesuatu yg boleh, karena kekayaan itu adalah pemberian Allah swt, tapi jangan mengejar-ngejar kekayaan. Jangan terlalu fokus dalam hidup ini dan berusaha sangat keras untuk mengejar kekayaan. Nanti bisa tertipu dan terpedaya.

Sekali lagi, hal yang seperti ini adalah merupakan suatu bukti yang nyata, bahwa menjalankan ajaran agama kalau hanya berdasarkan penafsiran terhadap suatu dalil dari kitab suci atau kitab hadits tidak akan cukup. Hanya orang-orang yang mendasarkan diri pada Petunjuk dan Bimbingan dari Allah swt saja lah yang tidak akan tersesat selama-lamanya. (AK/ST)


Diposkan Oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN at 16.04