Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Rabu, 28 Oktober 2015

Ketaatan Kepada Allah dan Rasul-Nya

Ketaatan adalah salah satu pilar dalam beribadah kepada Allah, yaitu suatu bentuk refleksi dari ikrar Syahadat dengan mempersembahkan ketaatan kepada Allah. Oleh karena tidak setiap orang dapat melakukan hubungan langsung dengan Allah, maka Allah mengutus Rasul sebagai utusan yang akan menyampaikan perintah Allah untuk ditaati oleh umat-Nya. Oleh sebab itu maka seorang hamba Allah harus memberikan ketaatannya kepada Allah dan juga kepada Rasul-Nya.

Akan tetapi sayangnya bentuk ketaatan ini seringkali dimanipulasi oleh beberapa ulama dan pemuka agama untuk kepentingan sesuatu yang bukan merupakan perintah dari Allah.

Sebagai contoh misalnya adalah kasus kejadian Addi ibnu Hatim, seorang pemeluk agama Nasrani. Oleh Rasullullah dikatakan kepadanya bahwa mereka orang-orang Nasrani telah mempertuhankan orang-orang alim dan rahib-rahibnya, yaitu dengan cara mengikuti apa saja yang dikatakan oleh para alim dan rahibnya. Mereka mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah.

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا
لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka memper-tuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan melainkan Dia, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS 9:31)

Seorang teroris akan memberikan ketaatannya kepada para pemimpinnya atas dasar ayat al-Qur’an berikut ini:
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنْ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمْ
الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنْ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ

“Allah adalah wali dari orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang kafir, wali mereka adalah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS 2:257)

Padahal pemipin-pemimpin mereka itu memberikan suatu perintah untuk ditaati berdasarkan hasil pemikiran, kajian atau pun prasangka diri pribadinya sendiri. Bukan bersumber dari Allah ataupun Rasullullah. Sehingga boleh jadi apa yang diperintahkannya tadi itu justru berlawanan dengan kehendak dan perintah Allah swt.

Dengan demikian maka berdasarkan analogi, bentuk ketaatan kepada pemimpin agama seperti itu sama halnya dengan bentuk ketaatan Addi ibnu Hatim dan orang-orang Nasrani kepada para alim dan rahibnya. Sama halnya dengan mempertuhankan pemimpin agama.

Oleh sebab itu maka tanpa dilandasi dengan hubungan kepada Allah dan hubungan kepada Rasul-Nya maka memberikan ketaatan kepada pemimpin agama adalah kekeliruan. Seorang guru yang bijaksana tidak akan memerintahkan sesuatu kecuali atas bimbingan dari Allah dan Rasul-Nya.

Di zaman yang serba kacau balau ini, amat sangat sulit bisa menemukan seorang guru dengan kedudukan seperti itu. Setiap orang dengan bebasnya bisa mendeklarasikan dirinya sebagai ulama atau kyai, yang harus ditaati.

Awas hati-hati, jangan sampai anda terjerumus dalam lubang kekeliruan dengan mempertuhankan seorang ulama atau kyai sebagaimana orang Nasrani mempertuhankan orang-orang alim dan rahibnya. (AK/ARP)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 23.35